Rabu, 11 April 2012

Riedl Datang, PSSI Djohar Berubah 180 Derajat

Keputusan mengejutkan dikeluarkan oleh PSSI pimpinan Djohar Arifin Husin. Melalui Penanggung Jawab Timnas, Bernhard Limbong, PSSI akhirnya mengizinkan pemain-pemain Liga Super Indonesia (ISL) untuk memperkuat tim nasional (timnas). Keputusan ini bertolak belakang dengan sikap PSSI saat pertama kali PT Liga Indonesia menggulirkan kompetisi level tertinggi tersebut.

"Mulai besok, pelatih-pelatih timnas senior, U-23, dan junior akan memanggil semua pemain, termasuk pemain yang berada di klub ISL karena hanya pemain terbaik di negara ini yang bisa bermain untuk timnas," kata Bernhard dalam jumpa pers di kantor PSSI, Senayan, Selasa, 10 April 2012.

Bernhard menjelaskan bahwa timnas seharusnya dihuni oleh pemain-pemain terbaik Indonesia. Karena itu PSSI bersedia mengakui kembali tim-tim ISL dan mengizinkan pemainnya memperkuat timnas.

"Pada prinsipnya mereka klub yang masih di bawah PSSI. Kami siap ambil risiko untuk memperjuangkan mereka agar kembali ke jalan yang benar. Kongres Tahunan (Palangkaraya) sudah mengakui, jadi tidak ada lagi breakaway league," sambung Bernhard.

"Kami tidak asal memanggil. Kami akan berkomunikasi terus dengan AFC dan FIFA, apalagi nanti ada tim task force datang. Ini adalah upaya utama dari rekonsiliasi yang didorong oleh PSSI dan FIFA."

Sebelumnya PSSI sama sekali tidak memberi celah kepada pemain ISL untuk membela timnas. Dengan berpegangan pada surat FIFA tertanggal 21 Desember 2011, PSSI pimpinan Djohar dengan tegas melarang pemain ISL untuk memperkuat timnas senior yang akan berlaga menghadapi Bahrain pada laga terakhir babak penyisihan Grup E Pra Piala Dunia (PPD) 2014, Rabu, 29 Ferbruari 2012.

Banyak yang memprotes keputusan PSSI kala itu. Bahkan pelatih Rahmad Darmawan yang sebelumnya mendampingi Wim Rijsbergen menangani timnas senior memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai pelatih timnas U-23. Rahmad mengaku tidak akan bisa memilih pemain-pemain terbaik untuk memperkuat timnas bila PSSI bersikap disikriminatif terhadap pemain-pemain yang berlaga di ISL.

PSSI bergeming. Setelah menunjuk Aji Santoso sebagai pelatih, PSSI kemudian merombak komposisi timnas senior. Pemain-pemain yang berlaga di ISL didepak. Sebagai gantinya, PSSI memasukkan pemain-pemain muda dan pemain yang berlaga di Indonesian Premier League (IPL)—liga yang diakui PSSI.

Hasilnya? Timnas Indonesia mencatatkan sejarah kelam. Menghadapi tuan rumah Bahrain, pasukan Aji Santoso dibantai dengan skor 0-10. Ini merupakan sejarah buruk timnas sepanjang 28 tahun terakhir. Rekor terburuk Indonesia sebelumnya dicatat saat bertemu Denmark dalam sebuah laga pershabatan di Kopenhagen, 3 September 1974. Dalam duel ini pasukan Merah Putih menyerah dengan skor 0-9.

FIFA mencurigai hasil pertandingan ini. Federasi sepak bola dunia itu bahkan sampai harus menyelidiki hasil laga ini mengingat selama ini Indonesia tidak pernah kalah dengan skor seperti itu dari Bahrain. Apalagi hasil laga sangat mempengaruhi peluang Bahrain untuk bisa lolos ke babak selanjutnya.

Di tanah air, publik kecewa bukan kepalang. Bahkan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono sampai angkat bicara atas kekalahan timnas dari Bahrain. SBY meminta agar PSSI mengutamakan kepentingan masyarakat dalam mengambil kebijakan. Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu juga tak lupa meminta agar PSSI segera menyelesaikan konflik yang melanda sepak bola Indonesia.

Namun PSSI berkilah bahwa kekalahan memalukan yang diderita timnas bukan salah mereka. Menurutnya, PSSI hanya menjalankan instruksi FIFA sesuai dengan surat 21 Desember 2012. Dalam surat tersebut FIFA menyatakan bahwa pemain-pemain yang berlaga di breakaway league tidak bisa memperkuat timnas. Namun PSSI sepertinya lupa bahwa lewat surat tersebut FIFA juga memberikan kesempatan bagi PSSI untuk menyelesaikan dualisme kompetisi hingga 20 Maret 2012.

Poin terakhir tersebutlah yang dimanfaatkan oleh Malaysia saat menurunkan Safee Sali pada laga uji coba lawan Filipina tepat di hari yang sama saat timnas kalah 0-10 dari Bahrain. Safee merupakan pemain Pelita Jaya yang berlaga di ISL 2011-12. Kenyataan ini tentu saja membuat pemain-pemain ISL yang sebelumnya memperkuat timnas semakin kecewa. Hamka Hamzah bahkan menuding PSSI Djohar telah membohongi mereka dengan melarang mereka tampil memperkuat tim Merah Putih.

Meski demikian, PSSI tetap tidak ingin dipersalahkan. Djohar dalam sebuah jumpa pers usai kekalahan timnas dari Bahrain mengaku kaget mendengar Safee bisa bermain untuk Malaysia. Karena itu dia berniat melaporkan Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) ke FIFA karena nekat menurunkan Safee Sali.
Citra Djohar semakin terpuruk saat timnas kembali hanya mampu meraih posisi runner up pada Turnamen Sultan Hasanal Bolkiah usai menyerah 0-2 dari Brunei Darussalam. Tim yang ditukangi oleh Widodo C Putro itu juga tidak diperkuat oleh pemain-pemain yang berlaga di ISL 2011-12.

Bantah Dipengaruhi Kedatangan Riedl
Keputusan PSSI membuka pintu kepada para pemain ISL hanya berselang beberapa hari setelah pelatih Alfred Riedl tiba di Indonesia. Riedl tiba di Jakarta, Minggu, 8 April 2012. Pelatih asal Austria ini diundang oleh PSSI pimpinan La Nyalla Mattalitti untuk mempersiapkan timnas menghadapi Piala AFF 2012. La Nyalla dalam beberapa kesempatan dengan tegas mempersilahkan Riedl untuk mencari pemain dari tim manapun, termasuk dari tim yang berlaga di IPL.
"Harus. Itu adalah keharusan. Karena pelarangan itulah kita (sepakbola Indonesia) berada dalam masalah saat ini. Kita harus bersatu kembali."

"Kita harus mencari pemain terbaik dari manapun untuk timnas. Tak ada diskriminasi," ujar Riedl mengamini pernyataan La Nyalla.

Riedl merupakan pelatih yang ditunjuk PSSI rezim Nurdin Halid untuk menangani timnas senior pada Piala AFF 2010 lalu. Meski hanya mampu mempersembahkan posisi kedua setelah di final timnas kalah atas Malaysia, Riedl dianggap mampu membangkitkan kembali euforia masyarakat terhadap timnas.

Sayang kebersamaan Riedl bersama timnas senior berakhir seiring tumbangnya rezim Nurdin Halid. Hanya tiga hari setelah terpilih lewat Kongres Luar Biasa di Solo, Juli lalu, Djohar mendepak Riedl. Djohar beralasan bahwa Riedl tidak pernah menandatangani kontrak dengan PSSI. Ikatan kerja yang dijalin mantan pelatih Laos itu menurutnya hanyalah dengan mantan waketum PSSI, Nirwan Bakrie.

Riedl protes. Dia menuntut PSSI membayar sisa kontraknya. Riedl bahkan membawa kasus ini ke FIFA setelah proses negosiasi yang sempat dilakukan justru berakhir buntu. Sampai saat ini, Riedl juga terus berjuang untuk mendapatkan sisa haknya tersebut.

"Masalah kontrak dengan PSSI belum selesai, dan saya masih akan menuntut," ujar Riedl.

Riedl menyatakan akan menolak jika PSSI pimpinan Djohar menawarinya kembali melatih Timnas. Dia terlanjur kecewa dengan pemutusan kontrak yang dianggapnya dilakukan secara sepihak dan tak adil "Mereka hanya butuh tiga hari untuk memecat saya. Apakah itu masih bisa dikatakan teman?"

Bernhard membantah kalau kedatangan Riedl ikut mempengaruhi keputusan PSSI terhadap pemain ISL. "Bukan karena Alfred Riedl. Sebelum kongres Palangkaraya juga sudah ada wacana tersebut, jadi ini tindak lanjutnya," kata Bernhard dalam jumpa persi Selasa sore, 10 April 2012.

Koordinator Timnas PSSI, Bob Hippy juga berpendapat sama. Menurutnya, keputusan PSSI untuk mengizinkan pemain ISL memperkuat timnas tidak datang tiba-tiba namun telah dibahas dalam Kongres Tahunan di Palangkaraya, 18 Maret 2012. "Ini bukan tiba-tiba. Kita sudah upayakan rekonsiliasi sejak Desember setelah datang surat dari FIFA untuk rekonsiliasi, dan puncaknya pada kongres kemarin di Palangkaraya. Jadi ini bukan tindakan yang baru dilakukan sekarang," ujar Bob Hippy.

Sarat Pencitraan
Sementara itu, Direktur Media PSSI hasil KLB Jakarta, Azwan Karim menilai langkah PSSI memberikan lampu hijau kepada pemain-pemain ISL untuk memperkuat timnas hanyalah manuver politik pencitraan saja. Menurutnya, pemain-pemain ISL sudah selayaknya mendapat kesempatan untuk memperkuat timnas. Dengan demikian, Indonesia bisa terhindar dari kekalahan memalukan 0-10 dari Bahrain.

"Siapa yang melarang mereka saat itu? Sekarang mereka menginginkan pemain ISL membela timnas. Mereka sudah tidak memiliki legitimasi melakukan itu. Saat ini PSSI hanya satu, PSSI yang dimiliki 496 anggota yang telah melaksanakan KLB 18 Maret lalu dengan ketua umum La Nyalla Mattalitti," kata Azwan menanggapi keputusan PSSI pimpinan Djohar Arifin Husin.

"Jadi kami tidak mengakui adanya kongres lain berikut dengan keputusan-keputusannya," tegas Azwan.

Belakangan ini PSSI era Djohar Arifin Husin memang kembali gencar untuk merangkul klub-klub ISL. Beberapa kali Djohar mengundang tim-tim ISL untuk bertemu. Namun permintaan ini tidak digubris. Klub-klub ISL menganggap upaya PSSI sudah terlambat karena mereka sudah memilih ketua baru lewat Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, 18 Maret 2012.
Pada Kongres Tahunan yang digelar di Palangkaraya, 18 Maret lalu, PSSI juga diminta untuk menyelesaikan masalah dualisme kompetisi.
Namun dengan catatan: harus sesuai dengan lima skema atau poin persyaratan yang diajukan ke KONI pada 12 dan 14 Maret lalu. Tak satupun klub ISL yang bersedia memenuhi syarat-syarat yang diajukan tersebut. Dari 14 rekomendasi Kongres Tahunan tersebut, tak ada juga yang secara spesifik mengizinkan pemain-pemain ISL memperkuat timnas.

FIFA sendiri telah meminta PSSI untuk menyelesaikan permasalahan yang melanda sepak bola Indonesia paling lambat 15 Juni 2012. Federasi Sepak Bola Dunia itu melalui suratnya kepada PSSI pada 30 Maret 2012 tak lagi memandang permasalahan hanya sebatas dualisme kompetisi saja, melainkan adanya dualisme asosiasi pasca bergulirnya KLB yang digelar Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI).

Tak hanya itu, AFC sendiri telah membentuk tim Task Force untuk membantu PSSI dalam menyelesaikan masalahnya. Pekan depan, tim ini akan tiba di Indonesia untuk mengumpulkan data dan mencari solusi yang tepat agar Indonesia tidak dijatuhi sanksi oleh FIFA.

Tak mendapat respon dari klub ISL, PSSI berusaha menekan pengelola PT Liga Indonesia. Melalui Ketua Tim Rekonsiliasi, Bernhard Limbong, PSSI berniat meminta pihak kepolisian Republik Indonesia menghentikan izin pertandingan ISL. Namun upaya ini kembali gagal karena kepolisian berpegang pada rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh pihak BOPI sebelumnya. Tak hanya itu, PSSI pun sempat mengancam tidak akan mengeluarkan rekomendasi bagi perpanjangan Visa bagi pemain-pemain asing ISL bila klub-klub tidak bersedia tunduk kepada PSSI Djohar. Namun ancaman ini juga tak membuat klub-klub ISL gentar. Mereka tetap tidak menggubris ajakan rujuk PSSI pimpinan Djohar Arifin Husin.

Lima Syarat Rekonsiliasi PSSI
5 Syarat yang Diajukan LPIS
1. Mengacu pada regulasi AFC, peserta kompetisi yang baru harus telah memenuhi persyaratan. Oleh karenanya, PSSI akan mebangun kembali kompetisi dengan klub yang sesuai dengan persyaratan.
2. Semua pihak tanggalkan ego masig-masing dan mencari nama baru. Tidak ada nama IPL atau ISL.
3. Pengelola liga adalah orang terbaik namun harus berhimpun pada perusahaan yang dikontrol klub dan PSSI.
4. Sisa laga harus dituntaskan agar ketemu klasemen akhir.
5. Hormati nilai komersial terbaik. Yang paling baik sponsor liganya (antara IPL dan ISL). Siapapun yang berhasil tawarkan nilai terbaik, maka akan dipilih PSSI.

@VIVAbola

Tidak ada komentar: