Sabtu, 05 Mei 2012

La Nyalla : Pemain ISL Tak Perlu Takut Ancaman Djohar

Para pemain klub-klub di ajang Liga Super Indonesia (ISL) diingatkan tak perlu takut dengan ancaman-ancaman sanksi yang dilontarkan oknum pengurus PSSI pimpinan Djohar Arifin.Husin karena kepengurusan.tersebut sudah tidak legitimated lagi, kata Ketua PSSI versi Kongres Luar Biasa, La Nyalla Mattalitti.

"Kami pasti akan melindungi pemain kalau sampai dihukum. PSSI versi Djohar Arifin sudah tidak legitimate. Sekarang kok mau mengancam memecat 15 pemain ISL yang tidak berada di bawah mereka," ujar katanya ketika dikonfirmasi, Sabtu.

La Nyalla mengingatkan, jika PSSI mengancam menjatuhkan sanksi, maka hal itu tak memiliki dasar hukum karena PSSI sejak awal tidak mengakui ISL dan kompetisi yang digelar oleh PT Liga Indonesia ini pernah dilaporkan ke FIFA dan AFC sebagai kompetisi ilegal.

Dikatakannya, ISL bergulir sendiri melalui sebuah proses yang panjang ketika sejak awal PSSI menyusun kompetisi, PSSI telah melakukan serangkaian kesalahan dengan membentuk klub kloningan seperti Persija dan Arema serta mencantumkan enam klub tanpa promosi ke dalam level strata 1 dalam konsep kompetisi 24 klub.

"Sejak awal kami sudah memperingatkan hal itu, tetapi Djohar Arifin tak menggubris. Pengprov-pengprov pun sudah mengingatkan, juga tak digubris. Masyarakat harus melihat fakta sejarah ini, mengapa sampai ISL bergulir sendiri bersama PT Liga Indonesia. Ke-18 klub ISL sendiri telah ikut menyatakan mosi tak percaya kepada PSSI dan mereka ikut dalam Kongres Luar Biasa di Ancol," urainya.

Seperti diketahui, Ketua Komdis PSSI Bernhard Limbong dikabarkan mengancam akan menghukum 15 pemain ISL yang menolak panggilan PSSI untuk memperkuat Timnas dan akan berlaga pada sebuah invitasi di Palestina pada pertengahan Mei mendatang.
Namun hingga batas waktu yang ditentukan yakni 3 Mei 2012, tak satu pun pemain ISL yang memenuhi panggilan PSSI dan Bernhard Limbong dikabarkan telah menyiapkan sanksi moral.

PSSI pun kemudian gembar-gembor jika pemanggilan pemain tersebut sebagai upaya rekonsiliasi tanpa mengindahkan banyak aspek lain terkait rekonsiliasi yang sebenarnya dan sudah ditekankan sejak awal kepengurusan Djohar Arifin terpilih dalam kongres di Solo pada 9 Juli 2011.

Menurut La Nyalla, sangat lucu bila Limbong menggunakan cara ancaman untuk menggertak pemain dan mereka seharusnya menyadari
posisinya bahwa mereka sudah tidak legitimate (tidak diakui) oleh anggota PSSI karena telah diturunkan oleh dua pertiga anggotanya melalui mosi tak percaya dan KLB.

"Ini lucu. Di satu sisi menghendaki rekonsilisiasi, di sisi lain ingin menghukum pemain klub yang bukan miliknya. Jelas, pemain menolak karena mereka sudah memiliki ketua umum sendiri dan para pemain memiliki induk (klub) yang bernaung dan menaungi PT Liga Indonesia. Jadi kalau mereka mengancam akan memberi sanksi pada pemain atau menyalahkan PT Liga, itu salah alamat," ujarnya. La Nyalla menambahkan, penolakan pemain tersebut juga tak bisa diartikan sebagai "a-nasionalis" karena para pemain memiliki kewajiban terhadap klub dan harus patuh pada sirkulasi kompetisi.

Sementara invitasi di Palestina itu pun hanya merupakan turnamen kecil yang diselenggarakan negara tak berperingkat FIFA dan tak masuk dalam kalender FIFA, dimana para peserta yang diundang mengirimkan tim-tim U-19 dan U-16, dan bukan Timnas Senior.(lolo)

@12paz

Tidak ada komentar: