Saat bahasa menjadi kendala komunikasi, Coyne tetap bisa menjalankan intruksi pelatih lewat bahasa tubuh (gestur).
Dalam sepakbola komunikasi merupakan dasar penting dalam membangun kerjasama di lapangan hijau. Komunikasi yang baik secara tidak langsung akan berimbas pada performa gemilang sebuah tim.
Nah, persoalan komunikasi kini dialami bek anyar Sriwijaya, Michael Jamie Coyne. Defender kelahiran Sydney, 2 Januari 1981 ini, mengaku kesulitan berkomunikasi dengan rekan satu tim lantaran belum pandai berbahasa Indonesia.
Tentu ini persoalan yang cukup rumit, lantaran Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat komunikasi skuad Laskar Wong Kito.
Apalagi, rata-rata pemain SFC tak piawai melafazkan bahasa asing.
“Saya ingin sekali mengobrol dengan rekan satu tim, tapi sulit karena tidak bisa Bahasa Indonesia. Mereka sangat baik tapi sulit mengungkapkannya,” ungkap Coyne, Rabu (2/5).
Makanya, mantan pemain West Ham United itu, terlihat akrab dengan sesama pemain asing seperti Keith Kayamba Gumbs, Thierry Gathuessi dan Hilton Moreira. Komunikasi antara Coyne dan ketiga pemain asing itu terlihat sangat baik dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Kesulitan itu sejatinya juga dialami Lim Joon Sik dan Thierry Gathuessy, yang juga tak pandai mengucapkan bahasa Indonesia meskipun sudah dua musim membela Sriwijaya. Sementara Kayamba dan Hilton telah relatif lancar berbahasa Indonesia, karena sudah lama bermain di Liga Indonesia.
“Saya terpaksa hanya mengobrol dengan Kayamba atau Thierry saja. Tapi, ada juga pemain SFC yang bisa berbahasa Inggris seperti Ponaryo Astaman. Kemampuan bahasa Inggrisnya sangat baik,” ujar pemain asal Australia ini.
Meski kesulitan dalam bahasa namun Jamie tidak menghadapi kendala saat beraksi di lapangan pertandingan. Secara alamiah, ia mampu memahami instruksi pelatih Kas Hartadi dalam menerapkan pola-pola permainan yang biasa diterapkan Laskar Wong
Kito. Sebab, sepakbola mengenal istilah bahasa tubuh (gestur)
“Kayamba yang membantu saya dalam berkomunikasi dengan pelatih dan pemain lain. Sejauh ini bukan kendala yang berarti, hanya saja saat bercanda saya masih belum mengerti,” beber mantan kapten Sidney FC ini.
“Tapi, saya bisa memahami kemauan rekan saat di lapangan lewat bahasa tubuh yang mereka sampaikan,” sambungnya.
Lebih lanjut Coyne mengatakan, sangat betah tinggal di Palembang karena penduduknya sangat ramah.
Karena itu, sejak beberapa pekan lalu dia memutuskan memboyong istrinya, Tanya (27 tahun) dan anak semata wayangnya yang baru berumur 6.5 bulan.
“Istri dan bayi laki-laki saya sudah di Palembang dan keduanya terlihat nyaman tinggal di sini meski belum lama. Keputusan itu saya ambil setelah berkoordinasi dengan Kayamba. Di waktu senggang, Tanya bisa menjalin pertemanan dengan istri pemain asing saat mereka menjalani pertandingan tandang,” jelasnya.
Mengenai penampilannya cemerlangnya pada empat laga untuk Sriwijaya, Coyne tidak menyangka mampu beradaptasi dengan baik dan membuat gawang Sriwijaya mencatat rekor clean sheet selama 450 menit.
“Para pemain lain sangat mendukung saya agar cepat beradaptasi. Pertandingan lalu demikian keras dan berat, tapi pada akhirnya SFC meraih hasil sempurna, saya senang sekali dan berharap bisa membawa Sriwijaya juara,” pungkas pemain berusia 31 tahun itu. / ferly marison
@BP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar