Senin, 19 Maret 2012
Kronologi Lengkap Perseteruan PSSI dan KPSI
14 September 2011: Anggota Komite Eksekutif PSSI mengancam akan melakukan KLB jika sistem kompetisi Liga Indonesia diubah. Ancaman KLB dilayangkan La Nyalla hanya tiga bulan setelah Djohar Arifin dilantik sebagai Ketua Umum PSSI
20 September 2011: PSSI mengumumkan Liga Indonesia tetap diikuti 18 tim hasil kompetisi musim lalu
21 September 2011:
-La Nyalla mengusulkan agar orang-orang eks pengurus PSSI Nurdin Halid dimasukkan di struktur kepengurusan PSSI Djohar Arifin. La Nyalla mengusulkan nama Hinca Panjaitan, Djoko Driyono, Tigor Shalom, agar masuk dalam kepengurusan PSSI.
- Rapat komite eksekutif berlangsung di Hotel Sahid mengubah format kompetisi dari 18 tim di tambah enam klub baru. Enam tim ini merupakan tim eks LPI yang dileburkan bersama Liga Super Indonesia dan membentuk kompetisi baru bernama Indonesia Premier League (IPL).
-Keputusan membentuk IPL memecah anggota exco PSSI menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah yang mendukung; Djohar Arifin, Farid Rahman, Sihar Sitorus, Tuti Dau, Mawardi Nurdin, Widodo Santoso, dan Bob Hippy. Yang menolak; La Nyalla Mattalitti, Toni Aprilani, Roberto Rouw, dan Erwin Dwi Budiman.
- Di rapat exco ini juga dihasilkan keputusan soal nasib dualisme klub seperti Persebaya, Persija Jakarta, dan Arema. Exco akhirnya menghasilkan keputusan bulan mengakui Persija versi Bambang Sucipto, Arema versi Muhammad Nur, serta Persebaya hasil koalisi Cholid Goromah dan Wisnu Wardhana. Kesepakatan bulan yang dibuat oleh kubu Djohar dan La Nyalla cs nantinya menghasilkan dualism Persija PIL dan ISL, Arema IPL dan ISL, dan Persebaya IPL dan Persebaya Divisi Utama.
23 September 2011: Kepengurusan PSSI diumumkan. Nama-nama eks pengurus lama yang dicalonkan La Nyalla ditolak.
25 September 2011: La Nyalla amendeklarasikan gerakan untuk KLB PSSI. Dia merasa keputusna soal sostem kompetisi tidak melibatkannya yang saat itu sedang di luar arena rapat. Pandangan ini dibantah Toni APrilani. Menurutnya, La Nyalla sudah ditunggu kehadirannya, bahkan ditelepon untuk datang. “tidak benar itu. Kita sudah nunggu dia dan telepon dia, tapi tidak ada balasan,” kata Toni saat itu.
27 September 2011: Sejumlah perwakilan klub dan eks pengurus PSSI Nurdin Halid seperti eks anggota Komite Eksekutif, Muhammad Zein, Fery Paulus, dan Irawadi Hanafi, berkumpul d sebuah acara di Jakarta. Manajer Persija, Fery Paulus saat itu mengatakan, “Gerakan untuk PSSI? Tunggu tanggal mainnya!,” Menurut fery Paulus, klub LSI akan rapatkan barisan.
29 September 2011: Toni Aprilani mulai memperlihatkan sikap penentangan keras terhadap Djohar Arifin karena tidak setuju posisi PT Liga Indonesia sebagai pengelola kompetisi diambil alih PT Liga Prima Indonesia Sportindo.
12 Oktober 2011: PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) menyatakan telah mengikat kerjasama dengan MNC grup selaku pemegang hak siar IPL. PT LPIS mengaku juga telah berunding dengan ANTV tapi urung menghasilkan kesepakatan. Di pihak lain ANTV mengancam menggugat PSSI ke pengadilan akibat tidak menghormati ikatan kerjasama yang berdurasi 10 tahun.
13 Oktober 2011: Manager meeting IPL berlangsung ricuh. 14 klub menyatakan menolak ikut IPL dan tetap setia pada PT Liga dan Liga Super Indonesia. Inilah gerakan awal perlawanan klub LSI.
14 Oktober 2011: ANTV, PT Liga, dan La Nyalla Mattalitti menyatakan Liga Super Indonesia siap berputar yang diikuti oleh 14 tim di tambah empat tim promosi. La Nyalla mengatakan akan melaporkan Djohar ke FIFA karena memutar IPL
15 Oktober: IPL dibuka dengan memainkan laga Persib vs Semen Padang. Hanya 14 klub yang menyatakan ambil diri di kompetisi.
27 Oktober 2011: PT Liga Agelar RUPS untuk mempertanggungjawabkan laporan keuangan dan memilih pengurus baru. Harbiansyah Hanafiah dan sahril tahir ditunjuk sebagai petinggi PT Liga yang baru. Tpni Aprilani mengkritik pelaksanaaan RUPS yang seharusnya bisa dilakukan lebih cepat.
31 Oktober: PT Liga nyatakan Persib dan Sriwijaya FC bergabung ke LSI dan tinggalkan IPL. Total peserta IPL tinggal 12 klub.
1 November 2011: Komite Etika PSSI yang beranggotakan Todung Mulya Lubis, Komarudin Hidayat, Anis Baswedan cs, mengadakan rapat untuk membahas polemik sejumlah pengurus.
1 Desember 2011: LSI resmi berputar diikuti 18 klub. PSSI langsung melayangkan surat ke FIFA tentang LSI yang berputar tanpa izin federasi. Dualisme kompetisi dimulai.
13 Desember 2011:
-Rahmad darmawan (RD) mundur dari timnas karena merasa gagal memenuhi prestasi di Sea Games. RD juga menyatakan penolakannya terhadap pernyataan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin soal pelarangan pemain LSI memperkuat timnas.
-Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan sanksi kepada seluruh tim LSI. Hukuman degradasi dan sanksi pembekuan dijatuhkan.
-FIFA menjawab surat aduan La Nyalla mattalitti soal polemik PSSI. Menurut FIFA kemelut PSSI bisa diselesaikan lewat mediasi dan arbitrase.
14 Demeber 2011: Forum Pengprov PSSI (FPP) mengeluarkan 10 pernyataan yang mendukung kubu La Nyalla cs di PSSI, menolak IPL dan mendukung ISL, mendukung PRT Liga Indonesia, Dan menolak intervensi pihak manapun
16 Desember 2011: Pengprov terpecah dua. Yang pro PSSI melakukan acara konsolidasi di Semarang. Sedangkan FPP mengadakan pertemuan di Jakarta yang juga digagas La Nyalla Mattalitti
20 Desember 2011:
-Komite Etika ultimatum empat anggota exco untuk melakukan permintaan maaf pada PSSI karena melakukan fitnah personal terhadap Ketua Umum PSSI terkait soal kepemilikan pengelola kompetisi. Tindakan keempat exco yang justru melanggar kesepakatan organisasi dipandang sebagai pelanggaran serius. Bila tidak memenuhi poin keputusan Komite etik, La Nyalla cs diancam dipecat.
FIFA menyatakan bahwa Liga Super Indonesia adalah kompetisi sempalan (breakway) yang tidak diakui PSSI dan FIFA. PSSI diminta FIFA untuk mengambil tindakan agar LSI kembali dibawah control. FIFA mengeluarkan sejumlah poin saran yang di antaranya memberi tenggat pada klub LSI untuk kembali dibawah PSSI. Jika gagal, PSSI diperkenankan menjatuhkan sanksi. Seluruh perangkat FIFA dan pertandingan dilarang keras memimpin LSI. FIFA pun meminta daftar pihak yang terlibat di LSI. FIFA juga menyatakan pemain yang terlibat kompetisi sempalan dilarang bermain di agenda FIFA. PSSI diberi tenggat waktu hingga 22 Maret 2012 untuk menyelesaikan persoalan. Jika tidak, FIFA akan membawa persoalan PSSi ke rapat komite asosiasi untuk dijatuhi kemungkinan sanksi.
22 Desember 2011: PSSI bentuk tim rekonsiliasi yang diberi waktu dua minggu untuk melakukan upaya persuasi ke klub LSI untuk kembali ke PSSI.
28 Desember: KPSI terbentuk dengan Ketuanya Toni Aprilani dan wakilnya La Nyalla Matalitti. Selain itu, dua eks anggota exco Roberto Rouw dan Erwin Dwi Budiman turut bergabung. KPSI menyatakan mengambilalih kewenangan PSSI selaku otoritas epak bola Indonesia. KPSI juga dihuni oleh eks pengurus Nurdin seperti Gusti Randa dan Hinca Panjaitan. KPSI putuskan gulirkan KLB pada maret 2011.
29 Desember 2011: KPSI bersama PT Liga melakukan keterangan pers yang intinya menyatakan 452 anggota PSSI atau lebih dari 2/3 anggota PSSI mendukung KPSI memutar KLB
30 Desember 2011: FIFA nyatakan tidak akui KPSI dan meminta PSSI untuk terus mendorong klub kembali ke federasi. Jika tidak, PSSI diminta untuk mengambil tindakan.
2 Januari 2012: KPSI gugat PSSI ke CAS dan FIFA. KPSI meminta CAS menganulir keputusan pemecatan La Nyalla, dan tuntutan KLB. Di pihak lain Persipura juga menggugat PSSI dan AFC prihal pencoretan mereka dari Liga Champions Asia.
10 Januari 2012: PSSi melakukan verifikasi surat tuntutan KLB dari Pengprov. PSSi menyatakan klaim 452 dukungan KLB salah karena nyatanya hanya 320 anggota yang menuntut KLB PSSI yang artinya kurang dari 2/3. PSSI nyatakan KLB tidak memenuhi syarat. Sebagai gantinya PSSi akan gelar kongres tahunan pada Maret 2012. KPSI tolak verifikasi PSSI. KLB tetap dicanagkan KPSI.
17 Januari 2012: FIFA mendorong Kongres Tahunan PSSI, bukan KLB. FIFA berpatokan pada kongres Bali.
2 Februari 2012 Gugatan Persipura atas PSSI dikabulkan CAS lewat putusan sela. Perspiura bermain di LCA
8 Februari 2012: PSSI nyatakan kemungkinan akui LSI. KPSI menilai pernytaan PSSI sudah terlambat. KPSI ngotot KLB. Sebelumnya KONI telah pertemukan KPSI dan PSSI untuk rekonsiliasi. KONI mengundang Djohar ARifin Husin dan Nirwan bakrie dalam sebuah pertemuan rekonsiliasi.
29 Februari 2011: Timnas Indonesia yang dihuni pemain IPL dibantai Bahrain 0-10. Kekalahan yang langsung menimbulkan kecaman dan dimanfaatkan KPSI. “Kekalahan Indonesia atas Bahrain 10-0 merupakan catatan paling memalukan dalam sejarah sepak bola Indonesia. Kekalahan tersebut dikarenakan, Timnas adalah produk karbitan dari mesin IPL. Agar tidak mencetak sejarah buruk lagi, maka revolusi PSSI adalah harga mati, dan KLB adalah langkah pasti.Djohar dkk monggo silahkan mundur diri dari arena sepak Bola karena kepengurusanya hanya melahirkan petaka Sepak Bola Indonesia,” ungkap La Nyalla.
Maret 2012:
-KONI bentuk tim kecil rekonsiliasi yang terdiri dari perwakilan PSSI dan KPSI
-Persipura cabut tuntutan ke CAS
15 maret 2012: KONI keluarkan Sembilan butir pernyataan yang intinya meminta penyelesaian polemik PSSI diselesaikan dengan mediasi atau arbitrase. Keputusan Arbitrase diminta KONI untuk dipatuhi PSSI dan KPSI. Jika polemik tidak kunjung berakhir, KONI akan ambil alih kenda;I PSSI.
16 Maret 2012:
-FIFA nyatakan tidak anggap apa yang dinamakan Kongres KPSI yang akandigelar KPSI 18 maret. FIFA nyatakan hanya mengetahui Kongres Tahunan PSSI di Palangkaraya. “Harap dicatat, FIFA tidak pernah berpikir hadir dalam kegiatan yang disebut "Kongres KPSI". Kami percaya informasi ini dapat membantu,” tulis Media Departemen FIFA.
-CAS nyatakan tolak gugatan KPSI soal KLB PSWSI. CAS juga menyatakan tidak bisa membatalkan Kongres Tahunan PSSI
17 maret 2012: KPSI tidak bergeming dan tetap gulirkan kongres. 10 poin dihasilkan dalam kongres KPSI di antaranya siap menerima sanksi FIFA sebagai solusi penyelesaian polemik.
18 Maret 2012: KPSI gulirkan KLB yang akhirnya memilih La Nyalla mattalitti jadi Ketua PSSI baru versi KPSI. Kongres tidak dihadiri satupun [erwakilan AFC atau FIFA
18 Maret 2012—PSSI menggelar kongres di palangkaraya yang menghasilkan lima keputusan yang salah satunya mengaku LSI. Pengakuan LSI sebagai respon PSSI dilatarbelakangi solusi untuk menyelesaikan polemik dan menghindari sanksi FIFA untuk persepakbolaan Indonesia
Oleh: Abdullah Sammy/Wartawan Olahraga Republika
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar