Pelatih Persija Jakarta, Iwan Setiawan mundur dari jabatannya sesaat setelah laga Macan Kemayoran melawan Persisam Samarinda dalam lanjutan kompetisi Indonesia Super League (ISL) di Stadion Utama GBK, Minggu (26/2/2012).
Kepada wartawan ia menegaskan, sikap yang diambil tak lepas dari anggapannya di mana sepak bola Indonesia masih diiringi oleh sikap ketidakjujuran. "Hari ini dengan berat hati saya akan mundur dari pelatih Persija karena ada ketidakjujuran dalam sepak bola di Indonesia," katanya lalu bergegas meninggalkan ruangan konferensi pers, Minggu.
Ia mengatakan, hal yang paling disoroti adalah kepemimponan wasit Jumadi dalam laga Persija kontra Persisam. Menurutnya, Jumadi dinilai tidak jujur.
Sejak babak pertama, Iwan menengarai kepemimpinan Jumadi menunjukkan sikap tidak sportif."Bahkan usai babak pertama saya menemui wasit Jumadi dan saya meminta agar dia jujur. Tapi sampai pertandingan selesai Jumadi tidak jujur," ujarnya.
Iwan awalnya bukanlah pelatih Persija. Dia diangkat menjadi Direktur Tehnik di Persija (PT Persija Jakarta Jaya). Alhasil, saat itu, ia pun terbang ke Singapura untuk menemui Dejan Glucevic dan meminta untuk melatih Persija. Akan tetapi, ia menolak karena adanya dualisme kompetisi di Indonesia, yakni ISL dan IPL.
Mendapat kenyataan tersebut. Ferry Paulus selaku Ketua Umum Persija langsung meminta kepada Iwan agar mengarsiteki Bambang Pamungkas cs. Akan tetapi, awalnya Iwan menolak permintaan tersebut karena ingin berkonsentrasi sebagai Direktur Tehnik karena masih trauma dengan sikap "kotor" dalam persepakbolaan Indonesia itu.
Namun belakangan Iwan mau menerima tawaran tersebut karena kondisi tim yang belum mendapat pelatih. Terlebih Ferry Paulus mengatakan kompetisi musim ini akan lebih jujur.
"Dan karena saya juga merupakan bagian dari Persija, akhirnya saya menerima," ungkap Iwan.
"Apa yang menjadi kendala di bawah PT Liga Indonesia adalah ketidakjujuran seperti pengaturan skor dan saya yakin tahun ini tidak ada," tandasnya.
"Tapi hari ini saya sangat kecewa. Bahkan saya mengatakan kepada Jumadi jika saya yang salah saat menyaksikan tayangan ulang di TV, saya akan langsung telepon dia dan meminta maaf. Tapi sampai akhir pertandingan beliau tidak jujur. Itu sudah merusak cita-cita orang yang ingin menegakkan kejujuran dalam persepakbolaan Indonesia," tegasnya.
Lebih lanjut Iwan mengaku kerap membuat sensasi. Misalnya, salah satu pelatih yang paling sering dikena skorsing. Atau pelatih yang selalu menggunakan baju koko (taqwa) setiap memimpin laga Persija.
"Walaupun saya orang kecil, mudah-mudahan bisa membawa perubahan di sepak bola, dalam kompetisi ini mungkin saya paling banyak pake baju koko. Kenapa, saya mau sepak bola jujur, malu kalau tidak jujur. Ini baju buat Sholat," sergah Iwan yang telah memegang Lisesnsi A kepelatihan sejak usia 28 tahun dan pernah belajar di KNVB itu.
@tribunnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar