Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husein dan Sekjen PSSI Tri Goestoro akhirnya tiba di Bandara Internasional Airport Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (21/4) pagi. Keduanya memenuhi undangan Detasemen khusus dari Satuan Tugas (Satgas) atau Taks Force AFC yang bertugas untuk menyelidiki konflik dualisme kepengurusan organisasi sepakbola Indonesia (PSSI).
Seperti diketahui bahwa Taks Force AFC membatalkan kedatangannya ke Indonesia dan meminta kedua PSSI Djohar dan Nyalla versi KPSI untuk datang ke Kuala Lumpur Malaysia. Task Force sendiri urung ke Jakarta karena kesibukannya yang begitu padat, dan sebagai jalan keluarnya kedua PSSI tersebut akan melakukan pertemuan pada hari Selasa (24/4) di Malaysia.
Menurut sumber yang bisa dipercaya bahwa PSSI Djohar Arifin merasa kurang percaya diri untuk menghadap Tak Force AFC.
“Mereka sepertinya mati duluan karena takut bobroknya ketahuan oleh AFC,” jelasnya.
Maklum sejak terpilih sebagai ketua PSSI menggantikan Nurdin Halid dalam KLB di Solo 9 Juli 2011, Djohar banyak melakukan kesalahan termasuk membelokan hasil keputusan Kongres Tahunan Bali 17 Januari 2011. Dan juga merubah format kompetisi dari 18 klub peserta ISL menjadi 22, sehingga banyak klub yang merasa dirugikan oleh kepentingan Djohar tersebut.
Sehingga membentuk kompetisi sendiri yang dinamai Indonesia Primier League (IPL) yang anggotanya berasal dari Liga Primier Indonesia (LPI) yang menjadi biang kerok kisruh kompetisi Indonesia dibawah kendali Aripin Panigoro.
Tak cukup disitu saja, PSSI Djohar juga mengharamkan para pemain Indonesia Super League (ISL) untuk masuk diproyeksikan menjadi skuad Timnas Indonesia. Dan akhirnya PSSI Djohar sendiri yang menarik ludah untuk mengikut sertakan kembali para pemain ISL bergabung dengan Timnas.
Beberapa keputusan yang kontroversial
juga banyak yang menuai protes, sehingga muncul wacana publik bahwa PSSI djohar plin-plan dan kurang komitmen dalam menyelenggarakan agenda PSSI.
@12paz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar