Sabtu, 17 Maret 2012
71 Pemilik Suara Hadiri Ordinary Congress KPSI 2012
Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) resmi menggelar Ordinary Congress KPSI 2012 di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Sabtu (17/3).
Ini dilakukan KPSI sebagai ajang pemanasan menjelang Kongres Luar Biasa atau Extra Ordinary Conress KPSI 2012 dengan agenda pemilihan Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan sembilan Komite Eksekutif (Exco) PSSI versi KPSI.
"Dari 75 undangan yang sebelumnya sudah menyatakan kesiapan untuk hadir, baru 71 yang hadir di sini (Hotel mercure). Sisanya, sudah menginformasikan bahwa masih dalam perjalan. Mereka semua membawa surat mandat," terang Ketua Umum KPSI, Toni Aprilani, kepada Bola.net, di Hotel mercure, Ancol, Jakarta, Sabtu (17/3).
Toni menambahkan, 71 jumlah tersebut dengan rincian, 26 berasal dari Pengprov, 12 klub kontestan Indonesia Super League (ISL), 14 klub kontestan Divisi Utama, 11 klub kontestan Divisi I, 8 klub Divisi II dan 4 klub Divisi III.
"Ordinary Congress ini menghasilkan dua agenda, yakni merubah jadwal Kongres Luar Biasa/KLB (Ekstra Ordinary Congress KPSI 2012) dari jadwal semula pada 21 Maret menjadi 18 Maret. Kedua, menetapkan manifesto KPSI yang baru. Dua agenda tersebut sudah disepakati para anggota yang hadir dan diketuk palu," lanjutnya.
"Manifesto KPSI bertujuan mengagendakan program PSSI (versi KPSI ke depan hingga 2022," katanya lagi.
Manifesto KPSI Diantaranya:
1. Mengajukan mosi tidak percaya akan kepemimpinan Djohar Arifin karena melanggar Statuta PSSI dan Kongres Bali II.
2. Mencabut dukungan kepada Djohar Arifin dan membekukan kepemimpinannya serta membubarkan semua Anggota Exco yang masih aktif di PSSI dan mengangkat kembali anggota Exco yang dipecat oleh Djohar Arifin, yakni La Nyalla M Mattalitti, Erwin Dwi Budiman, Roberto Rouw dan Tony Apriliani.
3. Melaporkan bahwa 2/3 anggota PSSI telah siapkan menjalankan Ekstra Ordinary Congress atau Kongres Luar Biasa (KLB).
4. Tetap menolak sanksi apapun yang dijatuhkan oleh PSSI di bawah kepemimpinan Djohar Arifin.
5. Tidak menghadiri dan menganggap tidak sah Kongres Tahunan PSSI di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada 18 Maret 2012.
6. Membawa masalah pembelotan KPSI ke Badan Arbritase Olahraga Internasional.
7. Daripada menyerah dan melakukan rekonsiliasi lebih baik menerima sanksi FIFA, dengan alasan yang menerima sanksi bukan hanya klub pendukung KPSI namun juga seluruh anggota PSSI. (esa/syp)
@bolanet
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar