Tentang Kemerdekaan• Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang
jiwanya berkobar-kobar dengan tekad Merdeka, – Merdeka atau mati !.
1 Juni 1945 lahirnya Pancasila
• We want to establish a state, "all for, all", neither for a single
individual nor for one group, whether it be a group of aristocracy or a
group of wealthy-but, "all for all".
Kita ingin mendirikan satu Negara "semua buat semua", bukan satu
Negara untuk satu orang, bukan satu Negara untuk satu golongan,
walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan Negara "semua buat
semua".
1 Juni 1945 lahirnya Pancasila
• Tokh diberi hak atau tidak diberi hak, tiap-tiap bangsa tidak boleh
tidak, pasti akhirnya bangkit menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah
terlalu merasakan celakanya diri teraniaya oleh satu daya angkara
murka. Jangan lagi manusla, jangan lagi bangsa walau cacingpun tentu
bergerak berkelegut-kelegut kalau merasakan sakit.
Indonesia menggugat, hlm. 09
• Indonesia Merdeka hanyalah suatu jembatan walaupun jembatan emas
di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama
rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
Tentang nasionalisme• Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi
"perkakasnya Tuhan", dan membuat kita menjadi "hidup di dalam
rokh".
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
• Nasionalisme yang sejati, nasionalismenya itu bukan se-mata-mata
copie atas tiruan dari Nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa
cinta akan manusia dan kemanusiaan.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 5]
• Nasionalisme Eropa ialah satu Nasionalisme yang bersifat serang
menyerang, satu Nasionalisme yang mengejar keperluan Beograd, satu
Nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi, Nasionalisme
semacam itu pastilah salah, pastilah binasa.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 6]
• Bangsa yang terdiri dari kaum buruh belaka dan menjadi buruh antara
bangsa-bangsa. Tuan-tuan Hakim-itu bukan nyaman… Tidaklah
karenanya wajib tiap-tiap nasionalls mencegah keadaan itu dengan
seberat-beratnya ?
[Indonesia menggugat, hlm. 58]
• Bangsa atau rakyat adalah satu jiwa. Jangan kita kira seperti kursikursi
yang dijajarkan. Nah, oleh karena bangsa atau rakyat adalah satu
jiwa, maka kita pada waktu memikirkan dasar statis atau dasar dinamis
bagi bangsa, tidak boleh mencari hal-hal di luar jiwa rakyat itu
Beograd.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 37]
• Entah bagaimana tercapainya "persatuan" itu, entah bagaimana
rupanya "persatuan" itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke
Indonesia – Merdeka itu, ialah …."Kapal Persatuan" adanya.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 2]
• Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa
mempunyai cara berjuang Beograd, mempunyai karakteristik Beograd.
Oleh karena pada hakekatnya bangsa sebagai individu mempunyai
kepribadian Beograd.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 7 ]
• Kita bangsa yang cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan!
[Pidato HUT Proklamasi, 1946 ]
• Bangsa adalah segerombolan manusia yang keras ia punya keinginan
bersatu dan mempunyai persamaan watak yang berdiam di atas satu
geopolitik yang nyata satu persatuan.
[[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 58]
• Kita dari Republik Indonesia dengan tegas menolak chauvinisme itu.
Maka itu di samping sila kebangsaan dengan lekas-lekas kita taruhkan
sila perikemanusiaan.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 64]
• Janganlah kita lupakan demi tujuan kita, bahwa para pemimpin berasal
dari rakyat dan bukan berada di atas rakyat.
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 69]
• Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa
pahlawannya.
[Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
• Di dalam arti inilah maka pengorbanan kawan Tjipto itu harus kita
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak
berfaedah. "No sacrifice is wasted".
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
• Tidak seorang yang menghitung-hitung : "Berapa untung yang kudapat
nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya."
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]
• Oleh karena itu, maka Marhaen tidak sahaja harus mengikhtiarkan
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan
nasional, tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan
nasional itu harus Marhaen yang memegang kekuasaan.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
• Ini Negara, alat perjuangan kita. Dulu alat perjuangan ialah partai. Nah,
alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak
menyerang. Kedalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga
merealisasikan masyarakat adil dan makmur.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]
• Dari sudut positif, kita tidak bisa membangunkan kultur kepribadian
kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang
sehat.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 65]
• Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan
nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang
berani mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri
dengan kuatnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1945]
• Dalam pidatoku, "Sekali Merdeka tetap Merdeka"! Kucetus semboyan:
"Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN".
[Pidato HUT Proklamasi, 1946][Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm.
69]
• Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa
pahlawannya.
[Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
• Di dalam arti inilah maka pengorbanan kawan Tjipto itu harus kita
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak
berfaedah. "No sacrifice is wasted".
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
• Tidak seorang yang menghitung-hitung : "Berapa untung yang kudapat
nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya."
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]
• Oleh karena itu, maka Marhaen tidak sahaja harus mengikhtiarkan
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan
nasional, tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan
nasional itu harus Marhaen yang memegang kekuasaan.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
• Ini Negara, alat perjuangan kita. Dulu alat perjuangan ialah partai. Nah,
alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak
menyerang. Kedalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga
merealisasikan masyarakat adil dan makmur.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]
• Dari sudut positif, kita tidak bisa membangunkan kultur kepribadian
kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang
sehat.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 65]
• Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan
nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang
berani mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri
dengan kuatnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1945]
• Dalam pidatoku, "Sekali Merdeka tetap Merdeka"! Kucetus semboyan:
"Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN".
[Pidato HUT Proklamasi, 1946]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar